Kisah Cinta Mawar Part 1
ALLAH PUNYA ALASAN DI BALIK SKENARO-NYA
( PART 1 )
Semarang, 29 Maret 2018
Ada suatu
kisah perjalanan hidup seorang anak manusia, dia adalah seorang perempuan,
yang membagi kisahnya dalam beberapa tema. Dia kebingungan untuk
memulai darimana dan dalam hal apa. Kisah pendidikannya, atau keluarganya,
pergaulannya atau tentang cintanya. Dan kali ini, dia akan berbagi cerita
tentang kisah cintanya.
Sebut saja
dia Mawar ( nama samaran ). Dia adalah seorang perempuan normal yang terkadang
merasa tidak normal dengan perasaannya. Sebenarnya dia sangat ingin tahu,
bagaimanakah perasaan teman - teman sepergaulannya tentang cinta? Apa yang
mereka pikirkan tentang cinta? Dan kenapa ia lebih banyak menemukan
ketidaksesuaian jawaban temannya dengan pemikirannya. Mawar adalah seseorang
yang sangat merasa tidak nyaman ketika mengucapkan kata cinta, membahas hal
cinta, apalagi mengucapkan kata ‘’aku cinta’’. Terkecuali mengucap ‘’Aku cinta
Allah, aku cinta Rasulullah, aku cinta keluargaku.’’ Baginya kata – kata yang
demikian itu wajar dan semua muslim pasti sangat dengan mudah mengucapkannya
pula.
Mencoba
mengingat sebab keingintahuan itu timbul. Mawar merenung dengan mengingat
kembali masa kecilnya dulu. Lantas tertawa geli setelah mengingat semuanya,
dirinya yang dulu sangat menjengkelkan dan menyebalkan jika dilihat dari sudut
pandangnya kini. Dengan rasa malu yang luar biasa pada diri sendiri dan kepada
Allah.
Masa - masa
itu terjadi dengan begitu saja, sama sekali tidak ditemukan titik terawal
memulainya. Ia hanya ingat ketika duduk di bangku kelas 3 SD, ada seorang anak
laki - laki lucu dan menggemaskan datang menghampirinya di tempat duduk dengan
seorang temannya. Dengan tersenyum malu - malu, anak itu menyenggol temannya.
Seperti sebuah kode yang sudah direncanakan. Lalu temannya berujar ''Mawar,
Udin ingin menjadi pacarmu''. Mawar lantas terdiam dan melihat dua anak laki -
laki di depannya. Lucu sekali pikirnya. Dengan tenang, Mawarpun membalas
''Maaf, kita masih kecil''. Sebut saja Udin, seorang anak laki - laki kecil
yang mempunyai niat konyol tadi. Lalu si Udin berkata lagi ''Ya sudah, kalau tidak
mau ya tidak apa-apa'' sembari tersenyum dan merangkul kawannya untuk pergi.
Mawar hanya tersipu dengan sedikit bahagia, karena itu adalah pengalaman yang
membuat perasaannya menjadi aneh. Namun Mawar sadar, bahwa tidak ada sama
sekali terbesit niatan untuk membalas perasaannya di usianya yang sangat -
sangat di bawah wajar. Mawar menganggap bahwa berpacaran adalah hal yang tabu. Dan
entah sebutan apa yang ingin Mawar berikan kepada tindakan ‘berpacaran’ itu,
setiap kali ingin menyebutnya, hanya berakhir dengan merasa geli lalu
menggelengkan kepala.
Hari -
haripun berlalu seperti biasanya, walau dengan sedikit berbeda. Hingga akhirnya
tidak terasa naik kelas 4 SD. Mawar adalah anak perempuan yang rambutnya suka
dikuncir satu dan dikepang. Rambutnya panjang lurus. Setelah setengah tahun di
kelas 4, si Udin kembali bertingkah. Mawar tak menyangkanya, dan hal itu
membuat Mawar benar - benar merasa sebal dan risih sekaligus malu. Singkat
cerita, sebenarnya si Udin dan Mawar mempunyai hobi yang sama. Yaitu
menggambar. Dari kelas 1 SD mereka sering berlomba - lomba untuk mendapat
nilai tinggi dalam PR maupun ujian menggambar. Sering pula mereka berdua
dikirimkan untuk mewakili sekolahnya dalam lomba menggambar. Dan Mawar
menyadari bahwa Udin mempunyai bakat menggambar lebih baik daripada dia, hingga
ia terpacu untuk 'bagaimana caranya supaya ia tidak kalah dengan si Udin'.
Suatu hari,
ketika Mawar hendak ke kelas ( dari kantin ), ia merasa aneh dengan teman -
temannya dan kakak kelasnya. Mawar merasa teman - temannya sedang
menggunjingnya. Melihat mereka berbisik - bisik dan tertawa saat menatapnya.
Lalu dengan penasaran, Mawar masuk ke dalam kelas dan melihat bangku
paling pojok, yang sedang ramai dikerumuni kakak kelasnya. Salah satu dari mereka
ada yang menyadari kehadiran Mawar, lalu berkata ''Wah, Mawar cantik sekali ya,
hahaha''. Mawar tahu, ada sebab mengapa tiba – tiba kakak kelasnya berujar
demikian, itu adalah sebuah ledekan yang penyebabnya Mawar sedang mencari tahu.
Mawar merasa
semakin aneh lalu berusaha berani mendekati mereka. Dengan sendirinya, kakak
kelasnya pun pergi meninggalkan kelas. Kemudian Mawar mendapati si Udin sedang
duduk dan menggambar wajah anak perempuan, yang dalam gambarnya, anak perempuan
itu rambutnya dikuncir satu dan dikepang. Menggunakan jaket berwarna Pink (
warna pulas ). Di jaket itu tergambar tulisan dengan kata yang sama persis
dengan jaket yang sedang Mawar pakai. Dengan cepat Mawar hendak menarik kertas
gambarnya Udin, namun Udin lebih cepat melindungi kertasnya. Dengan geram,
Mawarpun pergi duduk ke tempat duduknya.
Bel sekolah
pun berbunyi tanda waktu pembelajaran telah selesai. Entah kenapa Mawar selalu
merasa membenci bel pulang, sedangkan teman - temannya bersorak. Itulah salah
satu sebab Mawar merasa tidak normal. Lalu Mawar teringat kembali dengan gambar
Udin. Dengan marah, Mawar menghampiri tempat duduk Udin lagi. Udin terdiam.
Mawar menatapnya sinis, ''Berikan gambarnya padaku!'' Mawar membentak. Udin
tidak terima dengan dengan bentakan Mawar lalu ikut membalas ''Kenapa! Lagipula
aku tidak menggambarmu!'' Tanpa disangka, Mawar dengan paksa mencari kertas
gambar di tasnya udin, dan berhasil menemukannya. Lalu Mawar mengamati
gambarnya lagi. Ia tidak peduli dengan Udin. Sambil menatap gambar itu, Mawar
berkata ''Aku tidak suka warna pink dan tidak punya jaket warna pink, aku juga
tidak menggunakan anting warna cokelat, hapus gambar ini!'' Sambil menggebrak
meja. Lalu Udin dengan cepat menggambar sebuah kumis di gambarnya itu. Mawar
tanpa merasa bersalah berujar ''Bagus! Dan tolong jangan menggambar seperti ini
lagi! Aku malu tau!'' Mawar lega akhirnya yang digambar Udin tidak persis lagi
dengannya, karena Udin sudah menambah gambar kumis di sana, dengan begitu
ketika kakak kelasnya hendak melihat gambar Udin, Mawar tidak akan merasa kalua
gambar itu adalah dirinya.
Mawar pergi
meninggalkan Udin yang tidak ia hiraukan bagaimana keadaannya sekarang. Namun
tetap saja sebal karena ternyata, teman - temannya masih menggunjinginya.
Membulinya dengan berteriak ''Mawar Udin''.
Setelah
kejadian itu, hubungannya dengan Udin semakin renggang, Udin pun seperti
menjauhinya. Mereka tidak bermusuhan, namun juga tidak berteman sewajarnya.
Entah apa. Hingga naik kelas 5 SD, Mawar mulai merasa ada yang berbeda dalam
perasaannya. Ia teringat sesosok anak laki - laki yang berangkat sekolah
bersepeda setiap pagi berpapasan dengannya di jalan. Mawar dengar, nama anak
itu adalah Budi ( sebut saja demikian ). Teman seangkatan dari sekolah sebelah.
Mawar mengetahuinya dari salah satu sahabatnya yang sering bercerita tentang
Budi. Sahabatnya itu sangat mengagumi sosok Budi. Awalnya, Mawar merasa biasa
saja mendengar curhatan sahabatnya, tapi entah mengapa setelah melihat Budi,
Mawar justru merasa ingin lebih mengenalnya.
Buah dari
mencari tahu tentang Budi, ternyata Budi adalah sahabat karib sekaligus
tetangga dekat si Udin. Akhirnya Mawar pun mendekati Udin dengan niatan mencari
tahu perihal Budi. Beruntungnya, Udin bersikap sangat dewasa. Ia bahkan mau
membantu Mawar dekat dengan Budi. Entah apa alasannya, yang jelas Mawar tidak
mau tahu.
Hingga naik
kelas 6 SD, Mawar dan Udin menjadi sahabat dekat. Sering bermain bersama,
belajar bersama, dan sharing - sharing bersama. Dan betapa bahagia hati Mawar
saat itu, karena akhirnya Udin bercerita bahwa ia tertarik dengan sahabat Mawar
dan menjalin cinta monyet dengan sahabatnya kala itu. Mawar pun lebih leluasa
untuk bercerita tentang Budi. Mawar meminta Udin untuk mencarikan nomor telepon
Budi.
Esok
harinya, Udin pun memberikan nomor telepon Budi, dan Mawar terbelalak ketika
melihat nomor itu. Betapa tidak. Nomor Budi sangat mirip dengan nomornya,
dari 12 digit nomor, tiga digit paling belakang nomor Mawar adalah 930, dan
nomor Budi 931. Andai saja tahu begini, tidak usah kemarin - kemarin bersabar
menunggu momen yang pas untuk meminta nomor Budi pada si Udin.
Mawar pun
mulai bergerilya. Namun benar - benar di luar harapan, setelah Mawar
menghubungi nomor Budi dengan memperkenalkan diri, Budi langsung mengganti
nomornya. Dan Mawarpun tanpa lelah membujuk Udin untuk memintakannya kembali,
hingga berkali - kali dan Budipun selalu mengganti nomornya. Hingga sampai pada
Udin tidak bisa lagi meminta nomor Budi, karena Budi tidak memberinya. Mawar
sama sekali tidak tahu alasan Budi bersikap demikian. Tapi itulah yang membuat
Mawar semakin penasaran.
Semuanya
kembali berlalu, sampai tiba waktu setelah UN. Mawar kaget ketika ada
nomor asing mengirim SMS padanya dan mengetahui namanya. Setelah Mawar
membalasnya untuk meminta identitasnya, Mawar semakin heran karena pemilik
nomor itu sama sekali tidak dikenalnya. Singkat cerita, ternyata ia adalah
seorang anak laki - laki dari sekolah lain ( berbeda desa ) yang mempunyai
sepupu di sekolah Mawar. Setelah sering berkomunikasi, mereka pun berencana
untuk bertemu dengan berlari pagi. Akhirnya bertemulah Mawar dengan
Soleh ( sebut saja begitu ).
Setelahnya,
Mawar merasa ada yang berbeda dari sikap Soleh semenjak pertemuan mereka. Sebenarnya
bukan pertemuan, lebih tepatnya berpapasan yang disengaja hanya untuk sekedar
mengenali wajah. Dan benar saja, Soleh tiba – tiba menyatakan hal yang dulu
pernah disampaikan Udin kepada Mawar melalui SMS ( lagi – lagi merasa konyol ).
Sontak saja Mawar merasa kecewa, karena dia pikir Soleh bakal menjadi teman
seperti halnya yang lain. Namun, Mawar sudah mulai mempertimbangkan jawabannya,
kalau – kalau perkataannya dapat menyakiti Soleh. Namun Soleh malah memohon –
mohon dengan alasan yang tidak masuk akal. Yang tersirat dari perkataan Soleh
adalah, dia melakukannya karena sedang menjaga sesuatu, atau menjawab suatu
tantangan. Entah kenapa dengan jawaban itu, Mawar justru berfikir sama. Ingin
menerima rencana Soleh dengan alasan menjawab suatu tantangan. Karena Mawar
mengingat teman – temannya yang menyuruhnya untuk mencoba menjalin hubungan. Lagi
– lagi Mawar yang kini merasa sangat bodoh mengingat masalalunya itu. Mawar kalah
dengan prinsipnya sendiri, dan terjerembab dalam kondisi yang ia anggap hal
tabu, dengan alasan yang sama sekali tidak relevan.
Akhirnya sepakatlah
antara Mawar dan Soleh untuk menjalani ikatan yang sama – sama untuk bermain.
Seminggu lamanya, Mawar merasa sudah cukup meyakinkan teman – temannya kalau ia
juga berani. Dengan memutuskan hubungannya dengan Soleh, Mawar akan merasa
normal kembali. Namun ternyata Soleh tidak setuju dengan keputusan Mawar.
Dengan kebiasaannya memohon – mohon, Mawar pun menurut hingga sebulan lamanya
hubungan itu. Setelah itu, kembali lagi Mawar melanjutkan aksinya (
menghentikan hubungan tabunya). Dan dengan tidak sepakat lagi, Soleh memohon
untuk tidak mengakhiri hubungan itu. Tetapi Mawar justru merasa semakin konyol
dan bersi keras untuk kembali normal dengan memutuskan secara sepihak. Dan
semuanya kembali berlalu.
Tibalah saatnya
menjadi siswa putih-biru. Mawar masuk ke sekolah yang sama sekali tidak menjadi
rujukannya. Namun betapa kagetnya, ternyata ia sekelas dengan Budi. Mawar tidak
bisa mendeskripsikan perasaannya, antara bahagia, cemas, dan khawatir dengan
yang akan terjadi. Ternyata Budi telah mengenalnya, Budi tahu kalau tempo lalu
yang menghubunginya adalah Mawar, terlihat dari sikap dinginnya kepada Mawar,
dan selalu menjauh ketika hendak berpapasan dengan Mawar.
Dan entah kenapa
takdir menghendaki mereka dalam posisi sulit. Ketika MOS, mereka sekelas.
Setelah acakan kelas, mereka sekelas kembali, sampai luluspun mereka tetap
sekelas walaupun ada pergantian kelas. Dan ketika pemilihan PINRU PRAMUKA, Budi
terpilih menjadi Pinru terbaik Putra, dan Mawar terpilih menjadi Pinru terbaik
Putri. Ketika upacara bendera, mereka berdua dipanggil maju untuk mendapat
penghargaan. Dan Qodarullah, pak guru salah saat memberikan penghargaan. Yaitu
keliru, Mawar mendapat penghargaan yang harusnya diterimakan kepada Budi dan
sebaliknya. Setelah upacara selesai, Mawar bergegas meminta tukar kepada Budi.
Dan betapa tidak marahnya, ketika Mawar meminta untuk menukarnya, Budi malah
acuh dan berkata “Nanti saja” di depan kawan – kawannya.
Setelah sampai
di kelas, justru teman Budi yang menukarkanya pada Mawar. Perasaan Mawar
berkecamuk. Lebih – lebih ketika pemilihan ketua kelas. Kenapa harus ia dan
Budi yang dijadikan sebagai calon. Dan ketika pemilihan, Mawar optimis Budi
menjadi ketuanya. Karena banyak sekali anak perempuan yang menyukainya. Memang
Budi sosok yang tampan, tapi sangat menyebalkan kala itu di pandangan Mawar.
Ternyata perkiraan Mawar meleset. Entah apa yang dilakukan Budi, sebelum
pemilihan, Budi berbisik – bisik pada temannya. Mawar khawatir namun tetap
berusaha tenang. Pemilihan dilakukan
dengan voting. Dan tanpa disangka, satu kelas memilih Mawar untuk menjadi ketua
kelas. Oh, inilah rencana licik Budi.
Kembali
menyingkat cerita, langsung pada kisah Mawar di kelas 2 SMP. Budi dan Mawar
sama – sama anggota OSIS, dan dicalonkan jadi Ketua OSIS. Selama ini, Mawar
tidak pernah berdialog dengan Budi. Bukan karena Mawar enggan, tapi Budi-lah
yang selalu mengacuhkannya dan tidak pernah mau menjawab pertanyaannya. Tetapi
Mawar tetap mengagumi sosok itu karena Budi adalah anak yang pintar, rajin,
rapi, tegas dan tampan. Ketika hari H pemilihan Ketua OSIS, terjadi miss
komunikasi antara Mawar dengan pembina OSIS, Mawar tidak tahu ia sebagai calon
nomor berapa, dan apa tema orasi yang harus disampaikan. Tanpa sadar, Mawar
bergumam tentang kegelisahannya di samping Budi. Lalu, Budi berkata tanpa
menoleh ke arah Mawar, namun berisi jawaban pertanyaan Mawar. Sontak mawar
berucap ‘’Terimkasih.’’ Dengan nada lirih.
Tibalah saatnya
penghitungan suara, dengan hasil Budi menjadi Ketua OSIS dan Mawar menjadi
Sekertaris OSIS. Itu artinya, nama Mawar dan nama Budi akan selalu berdampingan
dalam sebuah surat / proposal. Entah kenapa Mawar sangat bahagia. Pun menyadari
bahwa mereka akan sama – sama menjadi panitia MOS tahun depan.
Di luar dugaan,
Budi ternyata tetap dengan karakter misteriusnya, ia tidak mau memberikan nomor
ponselnya ke siapapun termasuk ke anggota OSIS. Akhirnya dengan susah payah,
Mawar melawan rasa gengsinya untuk meminta nomor Budi ke teman – teman dekatnya
namun nihil. Pilihan terakhir saat itu adalah berbohong. Mawar mempunyai
firasat kalau salah satu guru atau pembina pasti mempunyai nomor Budi. Dengan
pertimbangan kira – kira siapa dia, Mawar pun bergerak ke pembina Pramuka, yang
keliatannya sangat dekat dengan Budi. Dengan berbohong ‘’Kak, maaf saya minta
nomor ponsel Budi, soalnya nomor Budi di HP saya kehapus kak.’’ Tanpa pikir
panjang, kakak pembina memberiku nomor ponselnya.
Mawar menunggu
saat yang pas dan apa yang akan disampaikan untuk memulai berkomunikasi dengan
Budi via SMS. Akhirnya Mawar memilih untuk jujur bahwa selama ini ia mencari
nomor telepon Budi. Tapi Mawar akan menghubunginya ketika liburan semester.
Mawar : Assalamu’alaikum
Budi
Budi : Wa’alaikumussalam.
Siapa?
Mawar : Ini
Mawar
Setelah itu
tidak ada balasan lagi, dan sudah pasti Budi kembali mengganti nomornya, pikir Mawar.
Setelah Mawar mencoba missed call ternyata
masih tersambung. Mawar takut seketika, lalu mengirim pesan kepada Budi.
Mawar : Maaf
Budi : Y
Mawar bahagia
sekali karena Budi membalas pesannya, walaupun hanya satu huruf saja. Setidaknya,
daripada langsung mengganti nomor, itu adalah tindakan yang lebih baik. Kemudian,
mengingat hari itu adalah tanggal ulang tahun Udin, Mawar mencoba SMS lagi ke
nomor Budi.
Mawar : Assalamu’alaikum Budi, maaf bisa minta tolong? Hari ini adalah hari
ulang tahun Udin, tapi aku tidak sempat mengucapkannya karena nomornya dalam
teleponku sudah tidak aktif. Bisakah kamu sampaikan salamku untuknya? Terimakasih
Budi.
Budi : Wa’alaikumussalam. Maaf
Mawar, aku sedang tidak di rumah, aku sedang di Jakarta ke rumah Saudaraku.
Kamu minta tolong yang lain saja ya.
Sungguh perasaan
yang sulit dideskripsikan oleh Mawar, itu adalah jawaban terpanjang yang pernah
Mawar dapatkan dari seorang Budi, yang sebenarnya Mawar tak berani berharap
akan dibalas sepanjang itu. Entah kenapa lagi, Mawar merasa bahagia di atas
bahagia.
Saat itu, Mawar
pun tahu, kalau Budi hanya akan membalas ketika memang perlu saja. Maka dengan
cerdas, Mawar selalu mencari topik pembahasan ketika hendak SMS kepada Budi. Dan
beruntunglah Mawar karena setelah itu ia bisa menjalin berkomunikasi dengan baik
walaupun sebatas SMS. Hingga tiba saatnya MOS.
Mawar berharap
sikap Budi tidak hanya berubah dari Bahasa SMS, namun ternyata salah. Budi
tetap dengan sikapnya yang dulu. Cuek. Cuek sekali. Dan pengalaman yang tidak
dapat dilupakan Mawar adalah, ketika semua panitia MOS dikumpulkan jadi satu di
aula, di depan adik – adik kelas baru, si Budi sang ketua OSIS memperkenalkan
satu – satu setiap anggota OSIS, dan hanya Mawar saja yang tidak ia kenalkan.
Anggota lain yang menyadarinya bertanya kepada Budi. ‘’Bud, Mawar belum kamu
kenalkan.’’ Dengan santai Budi menjawab ‘’Dia bisa berkenalan sendiri.’’
Mendengar itu, dengan cepat Mawar maju dari barisan langsung menyapa adik –
adik kelasnya, dan memperkenalkan diri, dengan penuh keceriaan, demi menutupi
sakit hatinya. ( Kelas 3 SMP )
Setelah kejadian
itu, Mawar memutuskan untuk tidak menghubungi Budi lagi dan langsung menghapus
kontak Budi di teleponnya. Tapi sia-sia, ternyata Mawar sudah menghafalnya.
Gatal sekali rasanya ingin SMS Budi, tapi Mawar selalu berusaha menahannya.
Tiba – tiba setelah sholat isya …..
08X XXX XXX XXX : Makasih ya
Mawar : Untuk apa?
08X XXX XXX XXX : Kamu udah
bantu aku ngurusin MOS
Mawar :
Udah kewajiban
Lagi – lagi
Mawar dibuat bingung oleh sikap Budi. Terkadang ia terasa hangat, tapi juga tak
jarang bersikap begitu dingin. Dan seiring berjalannya waktu, mereka lebih
sering bercerita lewat SMS. Dan salah satu pesan Budi kepada Mawar adalah
‘jangan sampai orang lain tau kalau mereka sebenarnya berkomunikasi’. Karena
saat itu, hanya Mawar yang mempunyai nomor Budi di satu angkatan sekolahnya.
Namun bagaimanapun, Mawar adalah seorang perempuan, yang mudah berbagi cerita
kepada sahabatnya perihal kebahagiannya. Dan, di luar perkiraannya, ternyata
sahabatnya itu memendam perasaan terhadap Budi. Lebih parahnya, sahabat Mawar
ini bertanya langsung kepada Budi perihal kebenaran hubungan antara Budi dan
Mawar ( hubungan komunikasi ).
Budi dengan
keidealisannya mungkin merasa Mawar tidak bisa menjaga komitmennya. Akhirnya
budi tidak pernah menghubungi Mawar lagi, dan setiap membalas pesan dari Mawar,
Budi bersikap seperti semula mereka baru mengenal. Padahal saat itu, Mawar
merasa sangat bahagia, selama komunikasi mereka, Mawar telah menyatakan
perasaannya secara tersirat kepada Budi. Budi pun membalasnya dengan sangat
dewasa. Kata ‘’Cukup aku, kamu, dan Allah yang tahu’’. Itu adalah kata – kata
terindah dari Budi yang disampaikan kepada Mawar. Yang tidak ada satupun laki – laki yang
membawa nama Allah SWT ketika berencana ‘konyol’. Budi adalah sosok lain, ia
berbeda di mata Mawar, mereka dekat namun tidak sama dengan istilah yang
digunakan untuk menyebut suatu hubungan pada umumnya. Namun semua itu sirna
karena kecerobohan Mawar.
Setelah
menyadari Budi telah berubah, sisi buruk Mawar untuk menghujat pun muncul,
Mawar merasa terpukul dan tidak terima dengan sikap Budi yang seolah – olah
menyalahkannya. Mawar memutuskan untuk mengirim pesan kepada Budi, mengatakan
bahwa perkataannya selama ini bohong. Ia hanya mempermainkan Budi. Besar
harapan Mawar kalau Budi akan merasa sakit hati dengan berbohong seperti itu.
Menyelipkan nasehat dalam pesannya, agar Budi menjadi lelaki yang tidak
menyombongkan diri, ia adalah seorang pemimpin, yang tidak seharusnya menutup
diri seperti itu.
Dan buah dari
pesan Mawar itu, esok harinya di sekolah teman – teman perempuannya ramai
membicarakan Budi. Mereka terlihat bahagia mendapatkan nomor Budi, mereka
berfikir bahwa Mawar tidak seberuntung mereka. Ketika teman – temannya
mendongeng, Mawar hanya diam dan mengangguk – angguk. Mawar merasa aneh sendiri.
Kini teman – temannya sangat mudah berkomunikasi dan bercanda dengan Budi,
sedangkan Mawar hanya bisa merindukan kata – kata Budi di kala mereka dekat.
Lalu Mawar ingin
melupakan Budi, dengan fokus dalam perbaikan diri dan sekolahnya. Mawar mulai
berhijab, dan menahan diri untuk tidak mudah menatap Budi. Kebiasaan bodoh
Mawar adalah berusaha menatap mata Budi, karena selama ini, Mawar tidak pernah
berhasil bertahan menatap mata Budi, entah kenapa Mawar selalu takut terhadap
matanya, dan selalu merasa aneh ketika mereka tidak sengaja saling menatap.
Waktu terus
berjalan hingga ada saat yang berhasil membuat Mawar merasa sangat terpukul.
Lebih dari apapun. Ada kabar bahwa Budi telah menjalin hubungan dengan salah
satu adik kelasnya, dan itu adalah fenomena langka yang sangat sulit ditemukan
dari seorang Budi. Mawar hanya tersenyum mendengar kabar itu, dan berusaha
mengkonfirmasinya langsung kepada Budi. Dan benar, memang begitu adanya.
Setelah jelas, Mawar mendoakan hubungan Budi dengan adik kelasnya itu, semoga
tetap di jalan Allah.
Mawar menjalani
hari – harinya dengan berharap bahwa Budi sekedar main – main. Dan ketika sudah
lulus SMP, Mawar berpisah dengan Budi. Karena mereka melanjutkan sekolah di
tempat yang berbeda. Saat itu, Mawar tidak bisa membayangkan bagaimana hari –
harinya tanpa melihat Budi. Karena yang Mawar sadari, ia selalu tidak tenang
ketika hari libur atau mendengar Budi sakit. Mawar selalu ingin melihat Budi
dan memastikannya baik – baik saja. Itu adalah perasaan yang belum pernah Mawar
alami sebelum – sebelumnya. Budi berhasil membuatnya merasakan cinta ( berat
untuk mengungkapkannya ). Namun Mawar selalu berusaha menata hati dan pikiran,
memastikan bahwa semoga perasaan itu tidak akan berlarut, dengan harapan
setelah mendengar kabar Budi yang demikian, Mawar akan kembali normal seperti
dulu. Yang hanya fokus pada sekolahnya.
Lantas terbesit
keinginan untuk bergurau kepada Budi, Mawar pun mengirim pesan kepada Budi ‘’Kamu masuk di SMA ternama, dan pastinya akan
ada banyak yang kamu temui di sana. Aku tidak yakin kamu bisa bertahan dengan
adikmu yang sekarang.’’ Budi pun menjawab ‘’Kenapa kamu bilang seperti itu? Kalau begitu aku minta do’amu agar
hubunganku dengan dia baik – baik saja.’’ Dengan berat, Mawar membalas ‘’Semoga.’’
( To be continue )
Komentar
Posting Komentar