CATATAN MKU PAI UNNES 2018 - BAB 1 AQIDAH
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hari, Tanggal : Selasa, 27 Maret 2018
Ruang : C3-324 ( Universitas Negeri Semarang )
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam ( MKU )
Dosen Pengampu : Bp. Agung Kuswantoro, S. Pd. M. Pd.
Hari ini adalah pekan ke-tiga untuk pertemuan Mata Kuliah Umum PAI di semester 2 penulis. Dan selama tiga kali pertemuan ini juga, telah membahas BAB 1, yaitu tentang Aqidah ( salah satu bab ) yang ada dalam buku pegangan untuk MKU, buku ISLAM RAHMATAN LIL'ALAMIN.
Mulai hari ini, Pak Agung selaku dosen pengampu memberikan tugas kepada kami untuk membuat catatan ( materi yang disampaikan beliau selama pembelajaran ). Dan penulis membuat catatan di blog.
Bermula dari pertanyaan Dewi Ratih, salah satu mahasiswi Seni Musik yang pada pertemuan sebelumnya bertanya ''Apakah perbedaan antara Aqidah dan Akhlaq ?''
Berhubung saat itu waktu perkuliahan sudah habis, jadi jawaban dari beliau baru diuraikan pada pertemuan ke-tiga ini.
Inilah catatan yang saya dapatkan :
Aqidah berasal dari kata 'Aqoda dan Ya'qidu yang artinya adalah Ikatan
Akhlaq berasal dari kata Akhlaaqo dan Khuluqun yang artinya Kejadian manusia/ciptaan.
Secara arti kata, tidak ada hubungan antara Aqidah dan Akhlaq, dan sudah barang tentu terjawab pertanyaan itu dengan singkatnya. Karena secara arti kata sendiri sudah berbeda. Aqidah adalah suatu ikatan, yang disaksikan. Sebagai contoh : Akad Nikah. Ketika akad nikah terjadi, maka harus ada saksi.
Sedangkan Akhlaq menurut penulis adalah implementasi, merujuk ke Mu'ammalah.
Tetapi jika kita coba kaitkan antara Aqidah dan Akhlaq, hubungan itu bisa saja terjadi, yang akhirnya menimbulkan kebingungan. Seperti, ketika muncul fikiran atau pertanyaan atau kejadian tentang ''Bagaimana orang yang ahli Ibadah, memahami hukum, yang (kelihatannya) Aqidahnya kuat, namun Akhlaqnya rusak?'' Mungkin maksudnya adalah, orang yang ahli beribadah, namun juga rajin dalam bermaksiat.
Berbicara tentang Akhlaq, kita perlu untuk menyamakan persepsi tentang tauladan kita, yaitu orang-orang yang kita jadikan sebagai rujukan standar tauladan Akhlaq manusia. Dan kita sebagai orang-orang muslim, cukuplah Rasulullah Muhammad SAW sebagai standar tauladan kita. Beliau adalah manusia yang sangat sempurna Akhlaqnya, sebagai Uswatun Khasanah. Janganlah menjadikan Guru, Dosen, Ustad dan lainnya sebagai rujukan kita. Karena, selama kita menjadikan mereka rujukan, panutan, terkadang ada tindakan mereka yang akhirnya membuat kita kecewa. Kekecewaan itu terjadi karena kita berpikir bahwa mereka adalah orang yang sebagai panutan, yang sepantasnya tidak melakukan dosa, yang kita tuntut kesempurnaan Akhlaqnya. Padahal, mereka sama seperti kita. Manusia yang tidak luput dari salah dan lupa.
Kilas balik kepada kisah Rasulullah SAW yang selalu diludahi oleh seorang kakek yang buta, yang meludahi Rasulullah SAW setiap kali beliau berjalan ke Masjid. Tetapi Rasulullah SAW tidak pernah merasa marah, apalagi berniat untuk membalasnya. Bahkan, Rasulullah SAW pun tidak lantas menasehati atau memaksa orang tersebut untuk bertaubat atas tindakannya. Karena taubat erat sekali dengan ikatan, dimana ikatan itu adalah urusan Allah SWT, bukan urusan manusia. Kemudian dalam kisah tersebut, seorang yang meludahi Rasulullah SAW ditimpa sakit. Namun Rasulullah SAW adalah sosok yang pertama kali menjenguknya dan menyuapinya. Inilah Akhlaq mulia yang sulit untuk ditiru oleh manusia awam seperti kita.
Jadi, secara arti kata, Aqidah dan Akhlaq mempunyai arti yang berbeda, namun keduanya tetap berhubungan. Karena ketika Aqidah seseorang sudah bagus, maka Akhlaq pun akan mengikuti. Perihal kasus dari pertanyaan di atas, maka perlu ada koreksi ''Apakah Aqidah orang tersebut sudah kuat?''
Karena pada intinya, Aqidah adalah sebagai pondasi, yang akhirnya akan menjiwai Akhlaq. Ibarat Negara Indonesia, yang mempunyai Pancasila sebagai pondasi berbangsa, dan pandangan hidup. Ibarat rumah yang harus berpondasi agar dapat berdiri kokoh. Ibarat kita ( manusia ) yang membutuhkan kaki untuk berdiri agar tidak mudah tumbang. Ibarat pohon yang membutuhkan batang yang kuat agar tidak mudah terhempas oleh angin. Intinya, Aqidah dari masing-masing kita harus kuat, kokoh dan murni, agar tidak mudah terpengaruh atau terjerumus ke hal - hal negatif.
Catatan :
- Pentingnya menjaga Aqidah dan Akhlaq.
- Jangan mengambil emosi sebagai tindakan dalam menghadapi masalah atau hinaan dari orang lain, karena marah hanya akan menjatuhkan harga diri.
- Rujukan akhlaq wanita, silahkan berkiblat kepada Khadijah dan Aisyah. Khadijah adalah wanita termulia di dunia dan di akhirat.
- Belajar dari hadits qudsi tentang burung, percaya bahwa Allah SWT telah menjamin rizqi tiap-tiap manusia. Burung saja yang tidak berakal, tidak berkaki, dan adalah seekor hewan, tapi burung tersebut mampu pergi dari sarangnya pagi hari dalam keadaan lapar, dan kembali ke sarang pada sore hari dalam keadaan kenyang. Apalagi manusia, yang diciptakan sebagai makhluk yang berakal, dapat berfikir, tapi kenapa seringkali meragukan rizqi Allah SWT, selalu khawatir ketika tidak punya uang, cemas ketika pergi HPnya ketinggalan, dan masih banyak lagi.
- Iman manusia itu naik turun, kadang kuat, kadang rapuh. Maka, agar senantiasa terjaga dan kokoh, maka Iman itu harus di-update, dengan mengikuti majelis - majelis ilmu, semacam kajian, pengajian, dan hal positif lainnya.
Sekian catatan yang dapat saya bagikan. Atas kekeliruan saya mohon maaf.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Komentar
Posting Komentar