MENGIKAT MAKNA BUKU TAUHID SOSIAL - M. AMIEN RAIS - FORMULA MENGGEMPUR KESENJANGAN - RANGKUMAN
Selasa, 5 Juni 2018
DILA INDAH TAWAKHALNI
2501417096
PENDIDIKAN SENI MUSIK - UNNES 2017
MKU PAI - ROMBEL 15
Hari ini adalah pertemuan
terakhir pada mata kuliah PAI menjelang UAS. Adapun tugas yang diberikan oleh
Pak Agung Kuswantoro yaitu membuat resume / ringkasan – lebih tepatnya kegiatan
“Mengikat Makna” dari sebuah buku
tentang ke – Islaman ( judul bebas ) yang pembahasan dalam buku tersebut
memiliki keterkaitan dengan Buku Islam Rahmatan Lil ‘Alamin, Buku pegangan MKU
PAI.
Syarat : Dilarang
me – resume selain buku Modul.
Dead
Line tugas ini yaitu pada hari Rabu, 6 Juni 2018, pukul ( sesuai kesepakatan
kelas ).
Dan kali ini penulis mencoba
Mengikat Makna yang terdapat dalam buku yang berjudul Tauhid Sosial – Formula
Menggempur Kesenjangan, yang ditulis oleh Pak Amien Rais. Alasan penulis
memilih buku ini adalah, banyak keterkaitan pembahasan yang terdapat dalam buku
modul dengan buku Tauhid Sosial ini. Selain itu karena penulis baru saja khatam
membaca buku ini minggu lalu. Jadi inshaa Allah ingatan masih segar terkait isi
buku ini. Berkaitan dengan adanya pembahasan lain dalam buku ini yang kurang
berkaitan, maka penulis hanya mencantumkan judul Bab dan Sub – Babnya. Semoga catatan
ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Yang paling penulis sukai dari buku
ini adalah isi pembahasannya tentang bagaimana kita sebagai umat muslim
menggempur kesenjangan sosial. Islam tidak hanya sebagai status agama kita,
namun sebagai ruh yang menjiwai setiap segi kehidupan kita. Apapun itu tidak
ada terkecuali, pemerintahan, politik, pendidikan, pekerjaan, semuanya. Islam harus
menjiwai setiap kehidupan kita. Bukannya Islam yang tidak menjiwai, namun kita
yang seharusnya menjadikan Islam sebagai jiwa perkehidupan kita. Serta penekanan
Hablun Minannas menuju Hablun Minallah.
KARYA : M. AMIEN RAIS
PENYUNTING : OKKIE F. MUTTAQIE
PENERBIT : PENERBIT MIZAN
TAHUN TERBIT : CETAKAN I, JUNI 1998 – CETAKAN II, JULI
1998
TAUHID SOSIAL
FORMULA MENGGEMPUR KESENJANGAN
BAGIAN
1 – FORMULASI ISLAM TENTANG HIDUP
1.
KONSEKUENSI TAUHID DALAM KEHIDUPAN
Pembahasan tauhid terkait pembahasan
Aqidah yang ada dalam modul. Bahwa dalam buku ini Islam disebut ‘agama tauhid’
dan berbeda dengan agama-agama yang lain, dikarenakan Islam adalah monoteisme
atau tauhid yang murni tanpa pencampuran unsur syirik dalam bentuk apapun.
Islam bertuhankan Allah SWT, dzat yang Maha Esa. Tidak seperti hal-nya agama-agama
lain, yang Tuhannya memiliki unsur ilahiyah dan insaniyah, atau tuhan yang
berbentuk, yang diciptakan dan sebagainya. Termasuk sindiran menuhankan
ideologi.
Konsekuensi
kita sebagai muslim dalam bertauhid adalah, yang pertama : sebelum kita
meyakini Allah, kita harus mampu meyakini yang selain Allah. Maksud dalam hal
ini adalah aqidah, kepada siapa kita menyembah, bertumpu / bersandar. Katakan
TIDAK pada apapun selain Allah. Dalam hal ini menuhankan. Yang kedua :
mengimani Allah secara sepenuhnya, benar-benar kukuh dan tidak ada kerapuhan
dalam hati. Yang ketiga : mendeklarasikan kehidupan sebagai seorang muslim,
apapun yang dilakukan semata-mata karena Allah ta’ala, dan mempunyai komitmen
utuh terhadap Allah. Yang keempat : wujud konkret keimanan kita sebagai muslim
dengan beramal shaleh. Yang kelima : bertauhid mengambil kriteria atau ukuran
baik dan buruk, terpuji dan tercela / terkutuk, kembali kepada tuntunan illahi.
Maksudnya, semuanya kita kembalikan kepada Allah swt semata-mata. Tidak ada
suatu apapun yang melebihi-Nya. Jadi memang
Tauhid sebagai poros aqidah Islam.
2.
CIRI-CIRI ORANG BERTAQWA
Dalam buku modul di BAB 2 dijelaskan tentang
Konsep Manusia, yang salah satu sub bab-nya yaitu Iman dan Taqwa Menjawab
Problem dan Tantangan. Dalam buku ini pun dijelaskan ciri-ciri orang bertaqwa. Dua
sisi taqwa yaitu DO dan DON’T. Maksudnya, mengerjakan apa-apa yang
diperintahkan Allah dan meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah. Manusia
secara kodrat memiliki hawa nafsu, yang terkadang pula jika tidak dikendalikan
maka akan menjerumuskan. Maka di sinilah peran taqwa. Yaitu sebagai pengendali
agar segala hawa nafsu kita, apapun keinginan kita pada akhirnya kembali kepada
Allah dan diniatkan berdasarkan lillaahi ta’ala.
3.
CARA BARU MEMAHAMI ISLAM
Entah
kebetulan atau bagaimana, penulis merasa urutan sub bab-pun selalu ada
keterkaitan antara buku modul dengan buku ini. Setelah Konsepsi Manusia buku
modul menjelaskan tentang hukum Islam. Membahas tentang Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam
buku ini penulis dapatkan :
Pertama,
perlu dicamkan bahwa yang dimaksud dengan pembaharuan Islam itu bukanlah mengubah,
mengurangi, memodifikasi Islam. Namun yang dirubah adalah pola pikir atau cara
pemahaman kita terhadap Al Qur’an dan Sunnah. Kedua, yaitu membumikan ajaran
Islam yang betul-betul relevan dan mampu memecahkan masalah kehidupan. Ketiga, perlu
adanya kesadaran yang dilanjutkan dengan gerakan nyata terhadap iptek.
Keterlambatan kaum muslimin terhadap pengetahuan iptek terutama di Indonesia
sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan beragama. apalagi Allah
telah menyeru kita bahwa apa-apa dapat kita tembus asal dengan Ilmu. Maka
sebagai orang bertaqwa, seharusnya kita juga berusaha sepenuhnya untuk memenuhi
seruan Allah tersebut. Yang kelima, etos kerja yang lebih Islami dan Qur’ani.
4.
MENEGAKKAN KEJUJURAN VERTIKAL
Pembahasan
selanjutnya dalam buku Modul yaitu Akhlaq, dan jujur merupakan salah satu
akhlaq terpuji. Dalam hal ini adalah kejujuran manusia kepada Allah SWT. Kita
tahu bahwa kewajiban yang paling fundamental dalam Islam adalah menegakkan
sholat 5 waktu dalam sehari. Keraguan terhadap fungsi sholat terkadang muncul
dalam diri para muslim karena fenomena yang terjadi adalah orang yang tegak
dalam sholat terkadang sering juga bermaksiat. Yang salah bukan pada sholatnya,
namun pada penghayatan terhadap ruh sholat itu sendiri. Sama halnya ada
Pancasila namun KKN tetap semarak.
5.
MASJID : SUMBER PERSENJATAAN MORAL DAN
SPIRITUAL MASYARAKAT MODERN
Dalam
bab Islam dan Globalisasi, kita ketahui bersama bahwa banyak sekali terjadi
degradasi moral akibat globalisasi. Melihat kenyataan kehidupan masyarakat
modern yang semakin materialistik dan memudarnya kebersamaan. Dalam buku ini
dijelaskan bahwa Masjid adalah tempat yang betul-betul memberikan pendidikan
pribadi, baik dalam kebersamaan, demokrasi, kedisiplinan, tanggung jawab. Kita
boleh mengejar duniawi asal ada batas dan kesadaran kewajiban kita terhadap
Allah.
6.
REKAYASA SEJATI HANYA DATANG DARI ALLAH
Semua
kekuasaan dan hak mutlak adalah milik Allah. Di Indonesia memang kekuasaan
tertinggi di tangan rakyat, namun sebagai orang yang beriman kita tidak boleh
melupakan Allah walaupun ini adalah kekuasaan yang sangat kecil. Tetap milik
Allah swt. Penerapannya, ketika kehendak rakyat sejalan dengan ajaran Allah
maka kita bisa menerima, namun jika bertentangan maka kita harus menolak
mati-matian dan menegakkan ajaran Islam. Ketika berpendapat, kita harus
berdasar pada wahyu Allah. Dan ketika ada kekuasaan yang sangat kuat, sangat
berpengaruh, perlu kita pahami bahwa sejatinya hanyalah milik Allah. Karena
Allah dapat membalikkan kekuasaan itu menjadi menghinakan dengan sangat
mudahnya.
7.
SEKULARISME : PROYEK MENJAUHKAN AGAMA
Islam
menolak sepenuhnya terhadap sekularisme. Sekularisasi dan sekularisme dianggap
2 kata yang berbeda makna, padahal intinya sama. Sekularisasi adalah proses dan
sekularisme adalah endingnya atau tujuan sekularisasi sebenarnya. Pendidikan di
kalangan umat muslim untuk membentengi generasi dari hal ini sangatlah penting.
Bahwa Al Qur’an yang dipahami hanya mengatur masalah ritualisme saja, padahal
jika kita pelajari dengan sungguh-sungguh maka sesungguhnya kitab ini
benar-benar pedoman dalam segala lini kehidupan. Bahwa Islam sebangun dengan
perkembangan masyarakatnya, islam itu dinamis.
8.
POLITIK YANG SANGAT LUHUR
Pada
sub bab ini pak Amien menceritakan tentang Dr. Moh. Natsir. Dalam sejarah
modern Indonesia cabinet Natsir adalah cabinet yang paling bersih / clean government, walaupun masa cabinet
ini sangat sebentar. Namun prinsip-prinsip yang digunakan oleh Dr Natsir adala
prinsip politik yang sangat luhur. Beliau mampu memadukan / menyesuaikan /
menyinkronkan antara hukum negara (Pancasila) dengan hukum Islam. Menghapuska segala
ketakutan dari masyarakatnya kepada apapun kecuali kepada Allah SWT. Toleransi
dan wawasan kebangsaannya pun cukup tinggi. Beliau sangat menolak sekularisme.
Sekularisme adalah paham yang memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat,
atau hanya memikirkan dunia saja tanpa berfikir ada intervensi Tuhan bahkan
intervensi itulah yang sangat dominan, namun paham ini mengingkarinya.
9.
SYIRIK POLITIK
Orang
–orang yang benar-benar sudah bertauhid secara penuh, ia tidak akan takut
kepada siapapun kecuali kepada Allah. Segala pahit getirnya kehidupan dengan
berani ia jalani sebagai konsekuesi tauhid dan tetap mengagungkan Allah swt. Menegakkan
kebenaran bukanlah hal yang mudah, yang terkadang membuat orang-orang takut
untuk menegakkan kebenaran. Syirik politik nampaknya memang masih tetap
mewarnai umat, para pemimpin tidak dapat berbicara kritis, korektif yang
menyandarkan pada petunjuk illahi. Akan tetapi cenderung kompromistis dan
sepertinya mencari ridla sesame makhluk, bukan ridla Allah. Selama 30 tahun
lebih Indonesia mengalami syirik politik karena ketakutan terhadap pemerintah
(Soeharto). Kunci sukses adalah : ISTIQOMAH, KONSISTEN, dan CLEAR CONCEPT.
10.
AGAMA DAN KRISIS KEMANUSIAAN
Kita
sadari bersama bahwa di penghujung abad 20 ini secara jelas telah terjadi
degenerasi moral. Kita pun sering bertanya-tanya, mengapa fenomena krisis moral
kemanusaan itu terjadi dan semakin menjadi-jadi, padahal seiring perkembangan
jaman, dakwah pun digencarkan. Apakah itu artinya aturan-aturan/ajaran dalam
agama tidak relevan lagi untuk diterapkan di jaman manusia modern ini? Bahwa
kita harus berhati-hati. Seperti sorotan Al Qur’an, banyak orang yang beragama
namun menjadikan agamanya sebagai topeng belaka. Itulah yang menyebabkan
kesenjangan itu tetep ada bahkan marak. Namun tak sedikit pula orang-orang yang
memegang agamanya secara mantap dan memegang esensi agama.
BAGIAN II – HUBUNGAN SESAMA MANUSIA
DALAM ISLAM
1.
ISLAM AGAMA KEADILAN
Semua
manusia pasti menuntut keadilan. Bahkan keadilan itu justru pokok paling
penting dalam keidupan sosial (sesama manusia). Namun di negara kita, negara
Indonesia, rasanya sila Pancasila yang ke-5 adalah sila yang paling sial. Yang
rasanya tidak pernah tercapai dan entah kapan akan terwujud. Buktinya sangat
beragam lapisan-lapisan masyarakat di Indonesia. Yang sangat kaya banyak, yang
benar-benar di bawah garis kemiskinan pun njeprah.
Lantas mengapa tidak dilakukan pemerataan? Kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi pada dasarnya adalah belum terpatri sepenuhnya tauhidullah dalam diri
kita. Kita tau bahwa semua yang ada di dunia ini, sekalipun berbeda-beda, namun
intinya satu. Yaitu ciptaan Allah swt, namun kita tidak menyadarinya dalam
bentuk pembuktian tindakan. Kemudian minimnya paham terhadap ajaran Islam di
kalangan anak muda. Kesalahpahaman bahwa Islam adalah agama ibadah, rutinitas,
ritualisme yang dikira tidak ada kaitanya dengan permsalahan politik, ekonomi
dsb yang menyebabkan banyaknya anak muda ikut paham sekuler. Di sini lah peran
kita (yang semoga) sebagai orang-orang yang menyadari dan bertauhid untuk mulai
menggerakkan dengan cara-cara yang relevan dengan jaman modern ini tanpa
menghilangan esensi tauhid itu sendiri.
2.
BURUHAN DALAM ISLAM
Islam
sangat memperhatikan kaum dhuafa. Banyak sekali ayat yang mengatur tentang
hubungan Hablun Minannas dibandingkan Hablun Minallah. Itu karena untuk menuju
Hablun Minallah kita harus melalui Hablun Minannas. Tauhid sosial mengutuk
segala tindak eksploitasi dan kesenjangan yang semakin melebar.
3.
ZAKAT PROFESI
Ketika
kita merasa Islam itu jumud dan mandek, maka sesungguhnya yang statis dan beku
pemikiran-pemikiran umat islam terhadap agamanya. Islam selalu punya potensi
untuk selalu dinamis dan responsif sampai akhir zaman. Pesan dalam tulisan ini,
marilah kita kembalikan tujuan zakat, fitrah zakat, yang sekarang-sekarang ini
seringkali zakat yang diberikan kepada kaum yang membutuhkan dibumbui dengan
syarat-syarat yang membangun namun pada intinya tidak melihat secara realistis
kedaan kaum dhuafa.
4.
MEMBUDAYAKAN INFAK DAN KESEDIAAN BERKORBAN
Kesediaan
berkorban adalah bukti keimanan hambya-Nya terhadap Tuhan-Nya. Maka perlu
sekali kita sebagai umat yang beriman menyuburkan kembali budaya berinfak dan
menggempur kesenjangan yang terjadi di masyarakat.
BAGIAN III – ANCAMAN TERHADAP DUNIA
ISLAM
1.
ARUS DERAS GLOBALISASI MENGANCAM MORALITAS
KEHIDUPAN ANTARBANGSA
Ini-pun
ada keterkaitan antara Globalisasi dan IPTEK yang terdapat di buku Modul. Perkembangan
Iptek khususnya teknologi komunikasi dan informasi,serta transformasi
internasional sangat berdampak pada perubahan etika dan moral antarbangsa.
Dampaknya terjadilah semacam homogenisasi
budaya . Maksudnya adalah adanya proses flattening-out
dimana pihak yang kuat mendominasi pihak yang lemah. Konteks Indonesia : Kultural
di indonesia sendiri jelas berbeda-beda, oleh karena itu yang di anggap baik
oleh orang lain belum tentu baik bagi kita. Sehingga perlu adanya dorongan integrasi budaya.
2. SEMAKIN
MAJU, ANCAMAN KRISIS KEMANUSIAAN MALAH SEMAKIN TINGGI
5
Ciri Pokok Abad Kita :
Ledakan informasi tanpa batas : Ledakan
informasi yang makin lama makin canggih,makin produktif dan efektif. Ini
merupakan gejala yang mengglobal,tidak ada yang tidak bisa di capai dengan
teknologi komunikasi. Dan ini jelas ada hubungannya dengan usaha dakwah.
Di
satu sisi ada informasi yang merusak
tetapi di sisi yang lain ada yang ada yang mengajak pada hal-hal yang
konstruktif.
1)
Longgarnya nilai-nilai moral bagi
masyarakat moderen.
2)
Tumpulnya perikemanusiaan bangsa-bangsa
moderen.
3)
Manusia modren cenderung untuk menyembah
iptek
4)
Kehidupan cenderung semakin materialistis
Materialisme
sudah menguasai kehidupan umat manusia. Sehingga keberhasilan dan kegagalan
cenderung dilihat dari segi materinya.
3.
ANCAMAN NEOIMPERIALISME
4.
ANCAMAN ‘’KELIARAN’’ REKAYASA TEKNOLOGI
Masalah peranan iptek sangat mempengaruhi
kehidupan umat amnusia. Contohnya saja sistem cloning, dengan kecanggihan
teknologi itu kita dapat menciptakan hal-hal yang kita anggap mustahil. Itu
adalah perkembangan yang luar biasa. Kita harus berpegang pada fiqih dan
melibatkan para pakar disiplin ilmu maka fatwa-fatwa fuqaha menjadi seperti
kehilangan relevansi.
5.
ANCAMAN MASALAH GLOBAL
Tidak
mengindahkan nilai moral sehingga menimbulkan kehidupan permisif (serba boleh)
: Sudah banyak kita jumpai penawaran semacam moralitas baru dimana nilai-nilai
moral dari agama di anggap usang, sehingga pornografi, aborsi, menjadi semakin
membahayakan bagi peradaban manusia.
BAGIAN IV – PERMASALAHAN DOMESTIK
1.
MEMULIHKAN
KEPERCAYAAN
2.
MENGGAGAS
PERUBAHAN
3.
MENSYUKURI NIKMAT
KEMERDEKAAN
4.
MEMPERTAHANKAN
IDENTITAS SEMBARI MEJUNJUNG MARTABAT
5.
MENINGKATKAN
KUALITAS SUMBER DAYA UMAT
6.
MASALAH INTEGRASI
UMAT
7.
UMAT ISLAM
INDONESIA DAN GLOBALISASI EKONOMI
8.
MENUMBUHKAN
KEMBALI WIRASWASTAWAN MUSLIM
9.
MENGHIDUPKAN
POLITICAL WILL UMAT
10.
MENILAI HASIL
PEMBANGUNAN
11.
MEMPERKOKOH ETIKA
PEMBANGUNAN
12.
DUA LANGKAH
REFORMASI
BAGIAN V – VISI BARU MUHAMMADIYAH
1.
LIMA DOKTRIN MUHAMMADIYAH
2.
PROGRAM BESAR MUHAMMADIYAH
3.
RAHASIA KEMANTAPAN MUHAMMADIYAH
4.
DINAMIKA INTERNAL MUHAMMADIYAH
5.
PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH
6.
DUKUNGAN MUHAMMADIYAH TERHADAP PEMERINTAH
Mantap, izin pake untuk referensi tugas ya mbak
BalasHapus